Ads

Wednesday, October 31, 2018

Rajawali Emas Jilid 010

Kui Lok marah sekali dan menyerang dengan pedangnya. Kepandaian Kui Lok sudah maju pesat sekali dan dalam hal ilmu pedang, boleh dibilang ia sudah menjagoi di Hoa-san-pai. Apalagi permainan pedangnya dilakukan dengan tangan kiri, maka sifatnya pun istimewa dan sukar diketahui perubahan-perubahannya.

Ketika Kwa Hong belum meninggalkan perguruan, kalau dibuat ukuran antara mereka, agaknya ilmu pedang Kui Lok tidak kalah oleh kepandaian Kwa Hong, maka pemuda itu dengan penuh semangat menyerang dan mengira bahwa tak mungkin ia akan kalah.

Akan tetapi, alangkah kagetnya ketika tahu-tahu cambuk bertali yang berada di tangan kiri Kwa Hong bergerak, tahu-tahu lima ujung cambuk dengan anak panah itu telah membelit pedangnya dan sekali renggut Kui Lok tak dapat mempertahankan pegangannya lagi. Pedang terampas oleh Kwa Hong.


Sambil tertawa melengking tinggi Kwa Hong mengambil pedang itu, menggigit ujungnya, menggerakkan tangan dan…

“pletakk!”

Pedang itu patah menjadi dual Gerakannya sama benar dengan cara burung rajawali mematahkan pedang.

Kui Lok menjadi pucat, akan tetapi untuk menjaga nama Hoa-san-pai ia harus melawan mati-matian. Sambil berseru keras ia menerjang maju dan menyerang Kwa Hong dengan pukulan-pukulan dahsyat.

“Atong, kau hajar dan usir bocah ini, tapi jangan bunuh dia!” kata Kwa Hong.

Terdengar Koai Atong tertawa-tawa berkakakan dan tiba-tiba Kui Lok merasa tubuhnya diangkat orang lalu dilontarkan ke atas sampai empat lima meter tingginya. Tubuhnya melayang dan berjungkiran di udara, ketika turun diterima lagi oleh Koai Atong lalu dilontarkan lagi. Benar-benar Kui Lok dijadikan bola oleh Koai Atong yang mempermainkannya.

“Siluman jahat!”

Kui Lok memaki, akan tetapi makin lama ia menjadi makin lemah dan ketika Koai Atong melemparnya ke depan, tubuhnya terbanting dan bergulingan. Dengan payah Kui Lok mencoba untuk berdiri, akan tetapi kepalanya pening dan ia roboh kembali, ditertawai oleh Koai Atong dan Kwa Hong.

Thio Bwee lari mendekat dan membantu Kui Lok bangun. la menyuruh Kui Lok duduk kemudian dengan marah sekali Thio Bwee meloncat lagi untuk menyerang Kwa Hong. Tadi ia hanya terbanting saja dan hal ini belum membuat ia kapok. Hatinya terlalu sakit menyaksikan betapa kekasihnya dipermainkan dan dihina seperti itu.

Melihat kenekatan Thio Bwee, Kwa Hong menjadi marah sekali.
“Perempuan rendah, kau tidak tahu bahwa aku sudah berlaku murah kepada kalian? Agaknya kalian perlu diberi rasa sedikit!”

Setelah berkata demikian, cambuknya bergerak, sinar hijau berkelebat. Thio Bwee menjerit dan terjungkal, juga Kui Lok mengaduh dan roboh. Keduanya dapat merayap bangun kembali, dan ternyata bahwa dua murid Hoa-san-pai ini telah terluka oleh panah hijau, masing-masing pada pundaknya. Perih dan panas rasanya, akan tetapi tidak seperih dan sepanas hati mereka.





“Pergi….!” Kwa Hong menudingkan cambuknya keluar. “Pergi sebelum berubah lagi pikiranku dan kuhancurkan kepala kalian!”

Thio Bwee memandang dengan mata melotot, maksud hatinya hendak melawan lagi sampai mati. Akan tetapi Kui Lok yang melihat sikapnya ini segera memegang lengannya dan menariknya pergi dari situ. Dua orang muda itu pergi meninggalkan puncak seperti dua ekor anjing diusir saja, benar-benar merupakan hal yang amat menyakitkan hati mereka.

Seperginya dua orang muda itu keadaan menjadi sunyi. Puluhan orang tosu Hoa-san-pai tidak ada yang berani bergerak, bernapaspun mereka takut keras-keras. Kwa Hong menyapu mereka dengan pandang matanya yang tajam melebihi pedang.

“Siapa mau pergi? Siapa tidak mau menurut perintahku? Lihat contohnya.”

Cambuknya menyambar beberapa kali dan… kepala dari sepuluh mayat para tosu tadi telah terpukul hancur oleh panah-panah di ujung cambuknya! Benar-benar amat mengerikan.

“Hayo katakan, kalian mau mengangkatku sebagai ketua ataukah tidak?”

Seorang tosu yang sudah agak tua maklum bahwa melawan berarti mati dengan cara yang mengerikan, dan melawanpun akan sia-sia saja. Maka ia lalu mendahului teman-temannya berlutut dan menyatakan suka mengangkat Kwa Hong sebagai ketua. Saudara-saudaranyapun menjatuhkan diri berlutut.

Kwa Hong tertawa gembira, tapi tiba-tiba suara ketawanya terhenti ketika ia melihat Koai Atong masih berdiri tegak sambil tertawa-tawa.

“Heiii… kenapa kau tidak berlutut?”

Koai Atong kaget dan bingung.
“Lho…, berlutut? Aku kan suamimu….”

“Tidak peduli, saat ini semua orang harus berlutut kepadaku!” bentak Kwa Hong dan terpaksa Koai Atong berlutut pula.

Kwa Hong mengangkat dada, mengedikkan kepala dengan penuh kebanggaan dan merasa seakan-akan ia telah menjadi seorang ratu!

Semenjak saat itu Kwa Hong tinggal di Hoa-san-pai sebagai ketua, dibantu oleh “suaminya” Koai Atong. Kwa Hong amat ditakuti oleh para tosu, akan tetapi juga diam-diam ada sebagian besar tosu Hoa-san-pai amat membencinya. Di samping ini, tentu saja terdapat tosu-tosu yang merasa amat girang oleh karena semenjak Kwa Hong yang menjadi ketua, peraturan-peraturan tidak tegas lagi, dan larangan-larangan juga seakan-akan dihapuskan oleh Kwa Hong.

Oleh karena ini banyak tosu yang mulai melakukan penyelewengan-penyelewengan tidak mentaati hukum dan peraturan Agama To. Orang-orang inilah yang benar-benar setia kepada Kwa Hong dan Koai Atong sehingga secara tersembunyi diantara kelompok tosu Hoa-san-pai ini terdapat pemisah antara rombongan yang pro Kwa Hong dengan rombongan yang diam-diam kontra.

Namun kesemuanya tidak berani berbuat sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Kwa Hong dan Koai Atong. Sementara itu, Kwa Hong dan Koai Atong terus memperdalam latihan-latihan mereka secara sembunyi, mempelajari semua gerakan-gerakan aneh dari burung rajawali emas dan mereka berdua menggabungkan pendapat masing-masing untuk menciptakan ilmu silat yang hebat, gabungan dari ilmu silat Hoa-san-pai, ilmu silat Tibet, Jing-tok-ciang, dan gerakan dari burung rajawaii emas!

Peristiwa perampasan kedudukan ketua di Hoa-san-pai ini menimbulkan geger di dunia kang-ouw yang baru saja tenang karena tumbangnya Pemerintahan Mongol. Banyak tokoh besar di dunia kang-ouw mengerutkan kening dan merasa penasaran sekali.

**** 010 ****





No comments:

Post a Comment