Ads

Saturday, September 8, 2018

Raja Pedang Jilid 045

Agaknya Song-bun-kwi tertarik sesuatu. la memandang ke atas tanah tanpa mempedulikan lagi anak perempuan itu. Tiba-tiba dia membanting kaki. Demikian kerasnya bantingan kaki ini sampai Beng San yang berada di tempat yang jauhnya ada sepuluh meter dari situ merasa betapa tanah di bawahnya tergetar dan reruntuk kayu di atasnya rontok ke bawah.

Kakek itu nampak makin marah. Sambil menuding-nuding ke bawah kembali dia bicara dengan gerakan jari tangannya, agaknya memarahi anak perempuan itu atau menanyakan sesuatu.

Anak itu kembali menggeleng-geleng kepalanya sambil menggerakkan jari tangannya. Tiba-tiba Song-bun-kwi menyambak rambutnya, mengguncang-guncangnya sampai rambut anak itu terurai, setelah itu kepala itu ditempeleng keras. Anak itu terpelanting roboh, akan tetapi cepat meloncat bangun. Kedua mata anak itu mencucurkan air mata, mulutnya mengeluarkan suara ah-uh-ah-uh…..

Hampir tak tertahankan lagi oleh Beng San. Kemarahannya memuncak dan andaikata dia tidak ingat akan ajaran-ajaran Lo-tong Souw Lee, pasti dia sudah meloncat keluar dan membela anak perempuan itu. Biar dia dipukul mampus asal dia sudah bisa memaki-maki Song-bun-kwi atas kekejamannya terhadap anak itu, puaslah dia. Giginya dikertakkan, bibirnya digigit sampai terasa sakit.

Saking marahnya, Song-bun-kwi sampai lupa bahwa anak perempuan itu gagu, dan dia membentak,

“Beng San, dimana dia??” Kembali dia mengancam dengan tangan hendak menggampar anak itu.

Tiba-tiba, anak itu mengedikkan kepala dan seakan-akan telah lenyap sama sekali rasa takutnya. Matanya mengeluarkan sinar berapi, mulutnya setengah terbuka, napasnya terengah-engah, kedua tangannya dikepal dan dengan beraninya ia maju menantang, kakek itu. Mulutnya mengeluarkan suara ah-uh-ah-uh, akan tetapi nadanya beda dengan tadi, kini penuh tantangan!

Beng San tadinya kagum bukan main, sekarang dia melongo karena melihat betapa kakek itu mendadak menjadi lemas, menjatuhkan diri berlutut dan memeluk anak itu sambil menangis tersedu-sedu! Dan anak perempuan itu pun hilang kemarahannya, memeluk kepala kakek itu sambil menangis tanpa bersuara.

Pemandangan yang amat mengharukan melihat kakek itu berlutut memeluk si gagu sambil menangis mengeluarkan suara yang tidak karuan, akan tetapi sayup-sayup terdengar juga oleh Beng San.

“….. kau seperti ibumu….. seperti ibumu…..”

Dan anak perempuan yang tadi dijambaki dan ditempiling kakek itu, yang tadinya amat marah seperti hendak melawan, sekarang menangis dan memeluk kepala kakek itu penuh kasih sayang.

“Bi Goat, beritahu dimana adanya anak setan itu,”

Song-bun-kwi berkata sambil mengelus-elus kepala anak perempuan yang gagu itu. Anak itu menggelengkan kepalanya. Kakek itu lalu menudingkan telunjuknya ke atas tanah seperti hendak mendesak dengan pertanyaan bahwa ada bekas kaki Beng San di situ.

Semua ini terlihat oleh Beng San dan dengan hati berdebar dia mengintai terus. Anak perempuan yang bernama Bi Goat itu lalu menggerak-gerakkan tangannya, kemudian menuding ke arah selatan.

Kakek itu berdiri, menatap wajah itu tajam penuh selidik, agaknya tidak percaya tetapi anak itu menentang pandang matanya dengan tabah dan berani akhirnya kakek itu menggandeng tangan Bi Goat dan diajak berjalan pergi dan situ ke arah selatan.

Diam-diam Beng San memperhatikan terus. Ia melihat kakek itu dengan sudut matanya memperhatikan Bi Goat. Anak itu menoleh dan memandang kearah bunga-bunga di atas pohon, agaknya teringat ketika Beng San memetikkan bunga untuknya tadi.

Akan tetapi lirikan ini cukup untuk membuat Song-bun-kwi curiga. Tubuhnya berkelebat dan sulingnya diputar. Bunga dan daun terbang berhamburan dan ketika tubuh kakek itu sudah kembali ke sebelah Bi Goat, pohon tadi telah gundul dan andaikata di dalamnya bersembunyi Beng San, tentu akan kelihatan jelas. Kakek itu mengangguk-angguk kepada Bi Goat dan melanjutkan perjalanan sambil menggandeng tangan anak gagu itu.

Beng San bergidik. Bukan main lihainya kakek itu. Kalau saja tadi Bi Goat melirik ketempat dia bersembunyi, sekali saja, tentu kakek itu akan dapat menemukannya. la tahu bahwa dia dicari. Bukan hanya Song-bun-kwi yang mencari dan membutuhkannya, juga bukan Hek-hwa Kui-bo.





Menurut dugaan Lo-tong Souw Lee, setiap orang kang-ouw apabila mendengar bahwa Beng San mewarisi Im-yang Sin-kiam-sut dan tahu dimana adanya Lo-tong Souw Lee, pasti akan menangkap anak ini. Tidak hanya hendak memaksanya membuka rahasia Im-yang Sin-kiam-sut, akan tetapi juga hendak memaksanya membuka rahasia tempat persembunyian kakek buta itu.

Untung anak gagu itu ternyata amat baik, dan sengaja melindunginya. Diam-diam Beng San berterima kasih sekali kepada Bi Goat. Juga dia amat kasihan kepada anak gagu itu yang agaknya diperlakukan dengan kejam dan keras oleh Song-bun-kwi, malah menurut dugaannya, anak itu dilarang bermain dengan siapa pun juga. Buktinya, dahulu ketika anak itu diajak bermain-main oleh beberapa anak penggembala, Song-bun-kwi marah-marah dan penggembala-penggembala itu bersama kerbau-kerbaunya dibunuh semua!

Beng San menarik napas panjang dan diam-diam dia berjanji kepada diri sendiri bahwa kalau dia mempunyai kepandaian melawan Song-bun-kwi, dia akan menolong anak gagu itu.

Tentu saja Beng San sama sekall tidak tahu bahwa renungannya ini sebetulnya menggelikan? Mengapa? Karena anak itu, yang bernama Kwee Bi Goat, bukan lain adalah anak Song-bun-kwi. Bukan murid, bukan pula anak angkat, melainkan anak kandung isterinya sendiri yang telah meninggal dunia, selagi Bi Goat berusia kurang dari tiga tahun.

Song-bun-kwi sebetulnya adalah seorang she Kwee bernama Lun. Kwee Lun atau yang berjuluk Song-bun-kwi (Setan Berkabung) ini mendapat julukannya semenjak kematian isterinya, yaitu ibu Bi Goat yang amat dicintainya.

Seperti pernah disinggung oleh Hek-hwa Kui-bo kepada Beng San, Kwee Lun ini pernah merampas seorang pengantin wanita dan dalam perbuatannya yang amat jahat ini dia malah membunuh pengantin pria dan semua tamu yang berada di situ!

Pengantin wanita inilah yang kemudian melahirkan Bi Goat. Akan tetapi karena wanita ini selalu berduka dan putus asa semenjak dirampas oleh Song-bun-kwi, setelah melahirkan anak kesehatannya menjadi amat buruk. Akhirnya, ketika Bi Goat berusia kurang dari tiga tahun, ibu muda ini meninggalkan anaknya, bebas daripada penderitaan dunia.

Kwee Lun amat cinta kepada isteri rampasannya itu, juga dia amat cinta kepada Bi Goat. Akan tetapi, begitu isterinya yang tercinta meninggal, timbul kembali sifat-sifatnya yang kejam dan jahat. Malah kadang-kadang kalau teringat kepada isterinya, dia menjadi benci kepada Bi Goat. Begitu isterinya meninggal, dia menyalahkan hal ini kepada Bi Goat dan hampir saja dia membunuh anaknya sendiri.

Anak yang baru berusia tiga tahun itu dia pukuli, dia banting dan dia cekik hampir mati. Akan tetapi dia segera teringat kepada pesan isterinya supaya menjaga Bi Goat baik-baik, maka segera dia menghentikan kekejamannya ini dan malah mengobati Bi Goat. Kalau saja bukan dia yang mengobati, anak yang sudah dipukul dan dibanting itu tentu akan mati.

Bi Goat tidak sampai mati, akan tetapi mungkin saking kaget, atau juga karena sakit, anak ini lalu menjadi gagu! Dan demikianlah, Song-bun-kwi Kwee Lun yang sakti dan menjadi tokoh terbesar dari barat, setiap kali bersikap kejam dan menyiksa Kwee Bi Goat, akan tetapi kadang-kadang dia teringat kepada isterinya dan kasih sayangnya tumpah kembali kepada anaknya itu.

Beng San yang sama sekali tidak tahu akan riwayat ini hanya menganggap bahwa Bi Goat anak gagu itu hidupnya tersiksa oleh Song-bun-kwi yang kejam dan jahat Setelah Song-bun-kwi pergi jauh, baru Beng San berani keluar dari tempat persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan. la berjalan terus ke barat dan mengalami penderitaan yang hebat.

Ada kalanya bocah belasan tahun ini dalam dua tiga hari tidak makan dan baru bisa mengisi perutnya kalau ada orang menaruh kasihan kepadanya atau kalau dia bisa mendapatkan buah-buahan di dalam hutan liar. Baiknya dia memiliki tubuh yang kuat dan gerakannya cepat sehingga kadang-kadang dia bisa menangkap binatang-binatang hutan kecil untuk menjadi pengisi perutnya. Sementara itu, tak pernah dia lupa untuk melatih diri dengan ilmu yang dia pelajari dari Lo-tong Souw Lee.

Pandai sekali Beng San menjaga rahasianya sehingga tak pernah ada orang mengetahui bahwa anak ini memiliki ilmu yang luar biasa. Semua orang yang bertemu dengannya hanya mengira bahwa dia adalah seorang anak jembel yang terlantar dan patut dikasihani.

Banyak pula hinaan-hinaan dan ejekan-ejekan yang diderita oleh Beng San, namun anak ini menerima semua itu dengan sabar, maklum seperti yang pernah dia dengar dari Lo-tong Souw Lee bahwa semua penderitaan hidup merupakan gemblengan yang paling baik untuk seseorang, merupakan latihan rohani yang amat berharga.

Sementara itu, hawa Im dan Yang di dalam dirinya makin hari makin menjadi kuat dan teratur dan betul saja seperti yang diajarkan oleh Souw Lee, makin tekun dia belajar, makin terasa olehnya betapa tubuhnya menjadi makin kuat dan sama sekali tidak pernah menderita lagi dari perasaan panas atau dingin akibat dua macam hawa yang tadinya meracuni darahnya tapi yang sekarang setelah dapat dia kuasai merupakan tenaga yang maha kuat.

**** 045 ****





No comments:

Post a Comment