Ads

Sunday, November 18, 2018

Rajawali Emas Jilid 036

Rencana yang masih dirundingkan oleh utusan Raja Muda Lu Siauw Ong dan Ho-hai Sam-ong, benar-benar dilaksanakan oleh dua golongan yang haus akan kedudukan dan berusaha menggulingkan kekuasaan kaisar baru, Thai Cu.

Mereka ini benar-benar terlalu percaya kepada kekuatan sendiri sehingga biarpun rahasia mereka itu telah diketahui oleh Li Cu dan Beng San yang sudah berhasil meloloskan diri, namun tetap saja mereka melanjutkan rencana itu. Mereka berhasil mengumpulkan banyak sekali pasukan bajak dan perampok, juga pihak Raja Muda Lu Siauw Ong yang bertugas merampas tahta selagi Kaisar pergi, berhasil menghasut pasukan besar tentara.

Pada hari yang sudah ditentukan, rombongan Kaisar Thai Cu berangkat dari kota raja menuju keutara, yaitu ke kota raja lama di Peking. Rombongan ini dikawal oleh sepasukan tentara pilihan, yaitu para pengawal pribadi kaisar.

Sebagai seorang bekas panglima perang, Kaisar Thai Cu tidak gentar melakukan perjalanan jauh ini walaupun ia sudah tahu akan adanya banyak golongan yang tidak suka kepadanya karena tidak diberi kedudukan tinggi seperti yang mereka inginkan. Akan tetapi sama sekali Kaisar ini belum tahu akan siasat busuk yang direncanakan Ho-hai Sam-ong dan Raja Muda Lu Siauw Ong yang sudah bersekongkol itu.

Di sepanjang jalan rakyat dusun menyambut Kaisar baru itu dengan meriah. Agaknya rakyat amat mengagumi Kaisar yang telah berhasil membebaskan negara dari penjajahan bangsa Mongol itu. Orang-orang bersorak dan memberi hormat, dimana-mana rombongan Kaisar disambut tari-tarian daerah.

Malah setiap dusun tentu mengutus orang-orang muda yang gagah perkasa untuk mengiring rombongan ini sampai di dusun lain, lalu diganti oleh para muda dusun ini, demikian seterusnya.

Kaisar amat gembira dengan ini semua. Disangkanya bahwa hal itu memang sudah semestinya karena rakyat merasa gembira dapat terbebas daripada penjajahan. Sama sekali Kaisar ini tidak tahu bahwa biarpun sudah terbebas daripada penjajahan Mongol, sesungguhnya rakyat kecil apalagi para petani masih sama sekali belum bebas daripada belenggu penjajahan para tuan tanah yang kadang-kadang malah lebih keras dan kejam daripada penjajah Mongol sendiri!

Juga Kaisar ini tidak tahu bahwa sebagian besar dari para pengiring ini, yang sebagian orang-orang kampung, adalah orang-orang gagah dari Pek-lian-pai dan para bekas pejuang yang setia kepadanya.

Mereka ini anak buah dari Tan Hok yang sudah mengatur sedemikian rupa sehingga rombongan Kaisar selalu terkawal anak buahnya. Malah yang mengawal secara sembunyi masih banyak lagi, ada yang mendahului rombongan ada yang mengiring dari jauh di belakangnya.

Tan Hok memang hebat. Raksasa ini semenjak berkecimpung dalam perjuangan ternyata telah makin matang sebagai seorang pemimpin dan pengatur siasat yang ulung.

Secara cepat sekali ia mendengar penjelasan dari Beng San tentang persekongkoian antara Beng Kui dan Ho-hai Sam-ong, ia pergi ke kota raja dan bersama para panglima pasukan yang setia kepada Kaisar itu lalu berunding dan membuat rencana.

Cepat pula ia menyiapkan pasukan Pek-lian-pai dan teman-teman seperjuangan
yang terpilih, yaitu orang-orang yang memiliki kepandaian cukup, untuk secara diam-diam mengiringi, mengawal atau melindungi rombongan Kaisar yang hendak pergi ke utara.

Juga Beng San sendiri ia serahi tugas yang paling berat, yaitu mengawal Kaisar secara sembunyi. Tan Hok maklum akan kelihaian Beng San, maka tugas penting ini ia serahkan kepada Beng San, sedangkan ia sendiri perlu mengatur pasukan gabungan di kota raja untuk menindas dan menggempur pemberontakan dari dalam yang hendak
dilakukan oleh Raja Muda Lu Siauw Ong.

Ketika Kaisar menggunakan perahu naga menyeberangi Sungai Huang-ho, keadaan di sungai juga ramai bukan main.

Para nelayan seakan-akan datang dari segenap penjuru untuk mengelu-elukan kaisar baru ini. Juga disini Kaisar tidak tahu bahwa para nelayan ini sebagian besar adalah anggauta-anggauta Pek-lian-pai, malah ada pula beberapa orang anak buah Ho-hai Sam-ong menyelinap, dan ada beberapa orang pembunuh datang untuk mencari kesempatan baik menghabisi nyawa Kaisar Thai Cu!

Maka, amat kagetlah Kaisar dan para pengiringnya ketika perahu sampai di tengah sungai dikanan kiri perahu tiba-tiba timbul enam mayat di permukaan air. Mayat-mayat ini adalah mayat orang-orang yang tadinya berusaha melubangi perahu dengan jalan menyelam di bawahnya.





Namun anak buah Tan Hok yang waspada dan memang sudah dipilih ahli-ahli dalam air, telah mengetahui akan hal ini dan cepat mereka itupun menyelam. Terjadi pertandingan di bawah perahu, didalam air yang amat hebat tanpa diketahui oleh mereka yang berada di permukaan air. Tahu-tahu mayat para penjahat itu timbul di permukaan air mengagetkan semua orang. Kaisar buru-buru memerintahkan agar perahu dipercepat penyeberangannya.

Setelah tiba di seberang Sungai Huang-ho sebelah utara dan rombongan memasuki sebuah hutan yang lebat, mulailah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Ho-hai Sam-ong dan pasukannya yang sudah beberapa hari menghadang di tempat ini.

Mendadak terdengar sorak-sorai bergemuruh dan pasukan bajak dibantu oleh pasukan mereka yang tidak puas melihat Cu Goan Ciang menjadi Kaisar, berserabutan keluar dari tempat persembunyian dengan senjata di tangan.

“Bunuh Ciu Goan Ciang!”

“Seret Kaisar lalim!”

Demikianlah ucapan-ucapan yang ditujukan kepada Kaisar dan mulailah terjadi pertempuran hebat antara para penyerbu dan para pengawal Kaisar. Makin lama makin banyaklah penyerbu.

Kaisar sendiri agaknya tenang-tenang saja karena semenjak penyeberangan tadi tidak memperlihatkan diri, bersembunyi saja di dalam tandunya yang sekarang terpaksa diturunkan dan dilindungi oleh beberapa orang pengawal pribadi.

Tiba-tiba Ho-hai Sam-ong sendiri, tiga orang kepala bajak yang lihai itu, meloncat ke dekat tandu Kaisar ini. Mereka memang sengaja mencari Kaisar dan hendak turun tangan sendiri.

Melihat tandu dengan tanda pangkat Kaisar, dan bendera berkibar di atasnya, Ho-hai Sam-ong girang sekali. Mereka mengeluarkan tanda suitan. Bermunculanlah Hek-hwa Kui-bo, Kim-thouw Thian-li, dan banyak lagi kepala rampok dan orang-orang dari golongan hek-to (jalan hitam) datang menyerbu ke tempat itu.

Para pengawal pribadi dengan gigih menyambut serbuan orang-orang ini, namun dalam beberapa gebrakan saja robohlah belasan orang pengawal dan Lui Cai Si Bajul Besi sendiri dengan sebuah loncatan meninggalkan kawan-kawannya yang sedang menandingi para pengawal pribadi itu, langsung mendekati tandu. Senjatanya berupa dayung baja yang besar berat itu sudah diayunnya, mulutnya berseru,

“Ha-ha-ha, Ciu Goan Ciang! Lihat baik-baik, ini Lui Cai datang menghancurkan kepalamu!”

Tiba-tiba kain tenda dari joli itu terbuka dan keluarlah seorang laki-laki tua dengan tubuh menggigil dan muka pucat. Tangan Lui Cai yang memegang dayung gemetar, ia berteriak sambll melangkah mundur. Kiranya orang yang berada di dalam joli bukanlah Kaisar, melainkan seorang yang menyamar sebagai Kaisar dan memakai pakaian kaisar!

“Celaka….!” serunya dengan muka pucat. “Kita telah terjebak… dia bukan Kaisar!”

Sementara itu, para pengawai pribadi Kaisar amat repot menghadapi amukan kepala-kepala bajak itu yang dibantu oleh Hek-hwa Kui-bo dan Kim-thouw Thian-li yang ganas. Akan tetapi tiba-tiba terdengar seruan marah berkelebat cepat didahului sinar pedang yang gemilang.

Robohlah beberapa orang penjahat bagaikan alang-alang dibabat dan dalam waktu singkat saja pengamuk ini sudah berhadapan dengan Ho-hai Sam-ong dan dua orang pembantunya yang paling dahsyat bersama sepuluh orang lagi kepala rampok.

“Ho-hai Sam-ong, kalian benar-benar ingin mampus!” teriakan yang nyaring tapi merdu terdengar lantang.

Kiranya yang muncul ini bukan lain adalah Cia Li Cu yang sebetulnya sudah sejak tadi mengamuk di sebelah luar hutan untuk menerjang masuk. Seperti diceritakan di bagian depan, Li Cu juga mendengar semua rencana busuk yang diatur oleh Beng Kui dan Ho-hai Sam-ong, maka cepat-cepat gadis ini pulang menemui ayahnya dan menceritakan semua yang ia alami, kecuali pengalamannya dengan Beng San!

Sebagai seorang patriot berjiwa besar, Bu-tek Kiam-ong Cia Hui Gan marah bukan main mendengar bahwa muridnya yang pertama, murid yang dicintanya dan malah yang akan menjadi mantunya, telah menyia-nyiakan Li Cu. Hal ini masih belum berapa hebat seperti ketika ia mendengar bahwa Beng Kui hendak berkhianat. Wajahnya menjadi merah, matanya berkilat-kilat lalu ia menyuruh Li Cu berangkat lagi untuk diam-diam melindungi Kaisar sementara dia sendiri menuju ke kota raja untuk berhadapan dengan Beng Kui, muridnya.

Demikianlah, Li Cu segera melakukan perjalanan cepat dan kedatangannya tepat sekali pada saat para pemberontak itu menyerbu ke dalam peperangan dan mengamuk dengan pedang pendek Liong-cu-kiam yang tajam dan ampuh.

Ketika Ho-hai Sam-ong melihat Li Cu mereka menjadi marah sekali. Lui Cai melompat maju dan memaki,

“Siluman cilik! Tentu kau yang telah membuka rahasia dan Kaisar sengaja bersembunyi. Kaulah yang bosan hidup, sekarang kami takkan mau mengampunimu lagi!”

Dayungnya menyambar dahsyat, akan tetapi segera ia tarik kembali ketika pedang Liong-cu-kiam sengaja dibabatkan oleh Li Cu sambil tersenyum. Lui Cai sudah mengenal ketajaman pedang itu dan kelihaian gadis ini, maka untuk bertempur seorang melawan seorang kiranya dia takkan dapat menang.

“Ji-te, Sam-te, hayo kita binasakan bocah ini dulu!” teriaknya sambil memutar dayung.

Kiang Hun dan Thio Ek Sui yang juga merasa amat kecewa melihat bahwa yang duduk di dalam joli itu bukan Kaisar segera memutar senjata dan mengeroyok Li Cu. Sebentar saja Li Cu sudah sibuk dikeroyok tiga oleh Ho-hai Sam-ong, seperti ketika ia dikeroyok diatas perahu dahulu itu. Akan tetapi ia tidak gentar dan pedangnya diputar cepat untuk melayani tiga orang musuhnya yang benar-benar tangguh itu.

Sementara itu, Hek-hwa Kui-bo dan muridnya, juga para kepala rampok yang tadinya menyerbu kesitu untuk bersama-sama membinasakan Kaisar, sekarang sudah mulai bertempur kembali menghadapi para pengawal yang kini dibantu oleh orang-orang Pek-lian-pai yang tadinya menyamar sebagai petani dan nelayan.

Makin banyaklah anggauta-anggauta Pek-lian-pai berdatangan, malah yang mendahului rombongan Kaisar sudah pula diberi tahu dan sekarang mereka datang menyerbu dari utara. Hal ini membuat para pemberontak terdesak hebat, apalagi karena di pihak Pek-lian-pai terdapat banyak orang-orang gagah yang tinggi kepandaiannya.

Melihat pihaknya terdesak hebat, Ho-hai Sam-ong menjadi gelisah. Bagaimana dapat muncul demikian banyaknya yang membantu Kaisar? Tak salah lagi, ini tentu jebakan yang sengaja diatur oleh Kaisar yang dulunya juga seorang panglima perang yang pandai. Dan tentu karena rahasia mereka sudah dibocorkan oleh gadis puteri Bu-tek Kiam-ong ini. Kemarahan Ho-hai Sam-ong terhadap Li Cu makin menjadi.

“Hek-hwa Kui-bo, harap bantu kami menangkap gadis liar ini!” seru Lui Cai.

Mendengar ini, Hek-hwa Kui-bo yang tadinya sibuk menghadapi pengeroyokan banyak orang Pek-lian-pai, bersuit keras. Inilah tanda bagi para anggauta perampok untuk menahan penyerbuan musuh agar dia dan Ho-hai Sam-ong tidak terganggu dalam usaha mereka menangkap Li Cu. Sebentar saja Li Cu terdesak makin hebat setelah Hek-hwa Kui-bo datang mengeroyoknya. Gadis ini dengan gigih mempertahankan dirinya.

“Ho-hai Sam-ong dan Hek-hwa Kui-bo jangan banyak bertingkah!” tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan tahu-tahu disitu sudah muncul Beng San dengan tangan kosong!

Diam-diam Li Cu girang bukan main, akan tetapi melirikpun ia tidak mau kearah Beng San. Adapun Ho-hai Sam-ong ketika melihat kedatangan pemuda yang amat lihai itu, seketika menjadi pucat.

Serentak mereka menyerang pemuda yang bertangan kosong itu. Yang paling cepat menyambar tubuh Beng San adalah tambang di tangan Kiang Hun. Beng San menggerakkan tangan menangkap ujung tambang dan sekali membetot tambang itu putus menjadi dua, tepat ditengah-tengah sehingga separoh tambang itu berada di tangan Beng San dan menjadi senjatanya! Ketika Beng San menggerakkan tambang itu, kiranya ia tidak kalah hebat memainkan senjata aneh ini dari pada Kiang Hun!






No comments:

Post a Comment