Ads

Friday, November 2, 2018

Rajawali Emas Jilid 013

Karena Thio Bwee masih belum dapat menguasai dirinya, Kui Lok cepat berkata,
“Betul sekali, Supek. Orang itu malah seorang gadis muda dan masih terhitung saudara seperguruan teecu berdua. Akan tetapi dia telah murtad, menikah dengan seorang ahli racun hijau bernama Koai Atong kemudian bersama suaminya itu mengacau Hoa-san-pai dan merampas kedudukan ketua.”

Kemudian secara singkat namun jelas Kui Lok menceritakan kejadian hebat yang menimpa Hoa-san-pai.

“Ha-ha, aku mau lihat! Mau lihat macam apa bocah yang berani menyaingi Lian Ti Tojin dalam hal pengkhianatan terhadap partai itu, Apakan dia selihai aku? Ha-ha-ha!”

Setelah berkata demikian tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu ia telah meloncat sampai kepintu ruangan. Sekarang tampak oleh Kui Lok dan Thio Bwee betapa tubuh kakek itupun hampir sama dengan keadaan mukanya, kurus kering seperti rangka hidup! Sesampainya disitu tiba-tiba ia berhenti dan berkata seorang diri,

“Tidak bisa… tidak bisa… kalau aku pergi harus ada yang menggantikan aku disini. Ha, benar juga. Kalian berdua harus menggantikan aku di Im-kan-kok sini, seharusnya sampai empat puluh tahun. Akan tetapi karena kalian berdua, maka hukuman buat kalian hanya dua puluh tahun seorang. Sebelum dua puluh tahun tak boleh keluar dari sini, Bersumpahlah!”

Kui Lok dan Thio Bwee saling pandang. Thio Bwee nampak ragu-ragu. Bagaimana mungkin mereka harus berdiam disitu selama dua puluh tahun? Akan tetapi Kui Lok segera berkata,

“Bwee-moi, kita sudah terluka parah. Agaknya biarpun kuat keluar dari tempat ini, belum tentu bisa hidup lebih lanjut. Lian Ti supek, teecu berdua sanggup tinggal disini sampai dua puluh tahun asal saja Supek suka pergi ke Hoa-san-pai dan menyelamatkan partai daripada cengkeraman siluman betina Kwa Hong.”

“Bersumpahlah!”

Tanpa ragu-ragu lagi Kui Lok dan Thio Bwee bersumpah takkan meninggalkan tempat itu sebelum dua puluh tahun! Mendengar sumpah ini, kakek itu tertawa terbahak-bahak.

“Ha-ha-ha-ha, senang hatiku. Ada dua orang sekarang yang akan dapat merasakan betapa hebat penderitaanku disini selama empat puluh tahun lebih, ini. Ha-ha-ha!”

Diam-diam Kui Lok merasa gemas juga. Kiranya supeknya inipun bukan orang baik-baik, yang merasa girang melihat orang lain menderita. Saking gemasnya ia berkata untuk mengecewakan hati kakek itu,

“Supek keliru sangka. Teecu berdua sudah terluka hebat oleh racun Jing-tok, kiranya takkan lama hidup di dunia ini dan tidak akan lama merasai penderitaan seperti yang Supek rasakan!”

“Uh-uh, goblok! Kau kira aku sebodoh kau dan gurumu? Sebelum aku pergi kalian sudah akan sembuh. Hayo kalian pelajari ini dan ikuti perbuatanku!”

Setelah berkata demikian kakek itu berjungkir balik, kedua kakinya ke atas dan kepalanya dibawah diatas tanah, dengan jungkir balik ini ia “berdiri” di atas kepalanya dengan tubuh lurus.

Kui Lok dan Thio Bwee tidak berani membantah, apalagi mereka dapat menangkap maksud kakek itu yang hendak menyembuhkan mereka. Keduanya segera berjungkir balik dan menggunakan kepandaian untuk “berdiri” diatas kepala dengan tubuh lurus-lurus.





“Lihat baik-baik, tiru gerakan kedua tanganku, terutama gerakan tangan kiri!”

Kakek itu dengan perlahan lalu menggerak-gerakkan kedua lengannya seperti orang bersilat.

“Salurkan hawa Thai-yang dari pusar ke dada, tekan dengan kekuatan dalam supaya berputar tiga belas kali di dada lalu kerahkan tenaga ke pundak yang terluka terus ke sepanjang lengan kiri sambil pukulkan begini!”

Kakek itu bergerak-gerak dan memberi petunjuk yang dituruti oleh dua orang itu dengan taat. Pelajaran ini ada hubungannya dengan ilmu silat Hoa-san-pai, maka sebagai anak murid Hoa-san-pai yang sudah tinggi ilmunya tentu saja mereka dapat melakukan semua petunjuk itu dengan baik dan tepat.

Tiba-tiba Kui Lok dan Thio Bwee berseru girang karena dari pundak mereka mengucur darah kental hijau, tanda bahwa racun yang berada di tubuh mereka mulai mengucur keluar.

Makin giat mereka melakukan gerakan itu dan terus-menerus darah kehijauan mengalir keluar dari pundak mereka. Saking gembira hati mereka melihat hasil pengobatan ini, mereka sampai lupa tidak memperhatikan lagi kepada kakek yang tadi memberi petunjuk kepada mereka dan yang sekarang sudah tidak terdengar suaranya lagi. Ketika mereka kelelahan dan beristirahat, barulah ternyata oleh mereka bahwa kakek itu telah lenyap darl situ!

Kedua orang muda itu saling pandang. Darah kehijauan membasahi lantai. Dalam pertemuan pandang mata ini jalan pikiran mereka sama. Mereka maklum bahwa kakek itu sudah keluar dan mereka sudah bersumpah untuk tidak keluar dari tempat itu selama dua puluh tahun!

Mulut tidak bicara akan tetapi sinar mata mereka bicara banyak dan tak tertahankan lagi Thio Bwee menubruk Kui Lok sambii menangis tersedu-sedu. Untuk sesaat Kui Lok memeluknya dan membiarkan kekasihnya itu menuangkan kedukaan hatinya melalui air matanya, kemudian sambil mengelus-elus kepala Thio Bwee, ia berkata,

“Lapangkan hatimu, Moi-moi. Asal kita masih selalu berdampingan, kiranya kita tidak perlu takut atau berduka. Andaikata tidak akan terjadi perubahan dalam kehidupan kita dan harus berada disini sampai dua puluh tahun, apa boleh buat, hitung-hitung kita berkorban untuk Hoa-san-pai! Sekarang yang penting kita harus memeriksa tempat ini, kalau Supek sampai bisa hidup disini selama empat puluh tahun tentu disini cukup bahan makanan dan kebutuhan hidup. Sementara itu, kita betul-betul sehat dan terhindar dari bahaya keracunan.”

Lambat laun Thio Bwee terhibur juga, apalagi karena apabila mereka keluar dari gua, pemandangan di sekitar air terjun benar-benar hebat dan indah bukan main, lagipula banyak terdapat buah-buahan dan binatang-binatang yang akan menjadi makanan mereka.

Yang paling menggembirakan hati adalah ketika di sebuah ruangan di bawah tanah, mereka melihat betapa dinding ruangan itu penuh dengan ukir-ukiran yang berupa huruf-huruf dan gambar-gambar. Inilah pelajaran ilmu silat yang selama ini diciptakan oleh supek mereka di tempat itu Ilmu silat aneh yang bersumber kepada ilmu silat Hoa-san-pai yang aseli, jauh lebih hebat daripada ilmu silat yang pernah mereka pelajari di Hoa-san-pai.

**** 013 ****





No comments:

Post a Comment