Ads

Monday, October 15, 2018

Raja Pedang Jilid 114

Kwee Sin memandang ke arah pedang itu, lalu menerimanya dan tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut di depan Pek Gan Siansu.

“Suhu, perkenankanlah teecu mohon kemurahan hati Suhu untuk terakhir. Teecu yang banyak berdosa terhadap Suhu, mohon supaya Suhu yang menjalankan hukuman ini sebagai penebus dosa teecu.”

Wajah Pek Gan Siansu agak pucat. Sebetulnya di lubuk hatinya, kakek ini amat sayang kepada Kwee Sin, akan tetapi karena kenyataan membuktikan bahwa Kwee Sin telah melakukan penyelewengan, diapun tak dapat berbuat apa-apa kecuali menyesal.

“Kau bukan muridku lagi, aku tidak berhak mencampuri urusan hukuman.”

Mendengar ini, Kwee Sin bangkit berdiri dengan air mata berlinang, lalu berkata perlahan,

“Kwee Sin memang sudah terlalu berdosa, patut mengakhiri hidup-nya…..”

Pedang berkelebat ke arah lehernya

“Kwee-enghiong…..!”

Jerit melengking ini terdengar dibarengi berkelebatnya bayangan kuning yang ternyata adalah seorang gadis cantik berbaju kuning.


Namun terlambat datangnya, pedang di tangan Kwee Sin sudah membabat lehernya. Jeritan tadi hanya mengagetkan Kwee Sin sehingga gerakan pedangnya tertahan dan batang lehernya tidak putus. Akan tetapi luka di leher cukup hebat, membuat dia roboh terguling bermandi darah. Gadis itu menangis dan menubruknya, memeluk dan mengangkat tubuh bagian atas yang dipangkunya.

“Kwee-enghiong….. kau….. kau….. ah, kenapa kau menuruti kemauan orang-orang yang mau enak sendiri? Kwee-enghiong….. kau dengarkan aku, kau dengarkan aku…,. aku Lee Giok, aku cinta padamu, ah jangan kau tinggalkan aku…..”

Nona baju kuning ini bukan lain adalah Lee Giok yang sudah kita kenal suka menyamar sebagai nyonya Liong, mendekap kepala yang berlumuran darah itu sambil menangis. Kemudian ia kelihatan beringas dan marah, diletakkan kembali Kwee Sin ke atas tanah lalu ia meloncat berdiri menghadapi orang-orang Kun-lun-pai dan Hoa-san-pai yang bengong menyaksikan itu semua.

“Kalian orang-orang kejam! Kalian orang-orang buta tak mengenal orang! Kalianlah yang memaksa Kwee-enghiong membunuh diri!”

Liem Sian Hwa makin sakit hatinya melihat betapa sekarang, di samping Kim-thouw Thian-li, ada lagi seorang gadis cantik yang mencinta Kwee Sin dan datang-datang memaki-maki, maka ia membentak,

“Siluman dari mana datang-datang hendak mencampuri urusan kami?” la melangkah maju dan mencabut pedangnya.

Lee Giok dengan mata berapi memandang Sian Hwa.
“Hemmm, kau tentulah Kiam-eng-cu Liem Sian Hwa yang dulu menjadi tunangan Kwee-enghiong, bukan? Orang yang mabuk akan dendam, yang memikirkan diri sendiri, yang sempit pandangan. Orang seperti kau ini mana patut disandingkan Kwee-enghiong yang gagah perkasa?”

“Cih, asal buka mulut saja” Sian Hwa balas memaki. “Dia begitu hina untuk berhubungan dengan ketua Ngo-lian-kauw, dan merendahkan diri dengan menjadi kaki tangan penjajah, menjadi pengkhianat bangsa. Dan kau masih memuji-mujinya. Kiranya kaupun takkan jauh sifatnya dengan orang-orang macam dia dan Kim-thouw Thian-li!”

“Bodoh! Goblok orang-orang macam kalian!” Lee Giok memaki, air matanya bercucuran. “Ahhh….. buta kalian! Dia ini, adalah Si-enghiong…..”





Tiba-tiba Pek Gan Siansu yang merasa curiga akan semua adegan itu, bertanya.
“Siapa itu Si-enghiong (Pendekar keempat)?”

“Nona Lee….. eh, Giok-moi….. aku….?” Mendengar suara ini Lee Giok tidak pedulikan semua orang dan cepat berlutut, “kau hati-hatilah….. mereka sudah tahu….. sudah mulai curiga….. kita sudah mereka ketahui….. awas….. lekas peringatkan dia…..”

“Siapa?” Lee Giok bertanya, suaranyaa tergetar, air matanya mengucur deras.

“Ji-enghiong…,.”

“Siapa dia? Siapakah Ji-enghiong? Kau lekas katakan, aku sendiri sampai sekarang belum tahu siapa Ji-enghiong. Lekas katakan…..”

“Dia….. dia….. ahhhhh….”

Kwee Sin tak dapat melanjutkan kata-katanya karena sudah kehilangan nyawanya. Lee Giok memeluk dan menangis tersedu-sedu, tak peduli bahwa darah dari ieher Kwee Sin membasahi muka dan pakaiannya. Semua orang terharu juga melihat ini dan tak terasa air mata Sian Hwa juga menjadi basah.

Pek Gan Siansu tidak tega hatinya.
“Lim Kwi, kau rawatlah baik-baik jenazah Kwee Sin. Biarpun dia bukan muridku lagi tapi…..”

Lim Kwi yang pada dasarnya berwatak penuh welas asih dan dia memang suka kepada Kwee Sin, segera, melangkah maju hendak mengangkat jenazah Kwee Sin. Akan tetapi Lee Giok membentak.

“Jangan sentuh dia!”

la lalu bangkit berdiri, dadanya turun naik, napasnya memburu, matanya berkilat-kilat, wajahnya pucat dan menjadi mengerikan karena berlepotan darah Kwee Sin.

“Kalian tak berharga untuk menyentuhnya! Kalian ini pengecut-pengecut tak tahu malu. Bermata dua tapi buta tak melihat, tak dapat membedakan mana yang palsu mana yang tulen, tidak tahu mana yang baik mana yang buruk. Kalian tidak tahu siapa dia yang kalian paksa bunuh diri ini? Dia adalah orang ke dua di kota raja yang memimpin para pejuang melakukan gerakan di bawah tanah. Dia adalah orang kepercayaan Ciu-taihiap. Kalian tahu mengapa dia melakukan hubungan dengan Kim-thouw Thian-li? Hal itu disengaja, karena merupakan rencana dari atasan. Kalau dia tidak mendekati Kim-thouw Thian-li, mana dia bisa memasuki kotaraja, dapat kepercayaan orang-orang yang berkuasa di kota raja? Dia sengaja mengorbankan perasaannya, sengaja menghubungi Kim-thouw Thian-li sehingga para pembesar di kota raja percaya kepadanya, sehingga dengan aman dan mudah dia dapat mengorek rahasia-rahasia ketentaraan dan dapat membantu dan memberi petunjuk kepada saudara-saudara seperjuangan yang bergerak di luar kota raja! Jasa-jasanya untuk perjuangan sudah banyak sekali, dia seorang patriot sejati yang tidak segan-segan mengorbankan perasaan, mengorbankan kekasih, mengorbankan segalanya untuk tanah air dan bangsa. Dan kalian ini….. orang-orang yang hanya ingat akan kepentingan diri sendiri, tidak peduli akan perjuangan bangsa malah ribut saling gontok-gontokan antara saudara sendiri, orang-orang macam kalian ini sekarang memaksa dia membunuh diri? Celaka….. celaka….. semoga Thian mengutuk kalian semua!”

Lee Giok menangis lagi dan semua orang yang berada disitu terpaku dengan muka pucat dan sinar mata bingung. Tak terkecuali Pek Gan Siansu dan Lian Bu Tojin yang saling pandang dengan muka pucat dan sedih. Mereka masih ragu-ragu akan kebenaran semua keterangan nona yang tidak mereka kenal itu. Keterangan ini terlalu aneh, terlalu asing sehingga kelihatan agak mustahil. Kwee Sin menjadi pemimpin pejuang di kota raja? Dan semua kelakuannya yang dipandang rendah itu adalah siasat untuk perjuangan?

Akan tetapi keterangan mereka itu lenyap seketika setelah terjadi hal berikutnya. Tiba-tiba terdengar suara teriakan-teriakan,

“Tangkap pemberontak! Tangkap mata-mata pemberontak!”

Dan muncullah rombongan pasukan tentara pemerintah yang bersenjata lengkap, jumlahnya seratus orang lebih! Bukan main kaget hati Pek Gan Sjansu dan Lian Bu Tojin ketika melihat bahwa diantara pasukan itu terdapat seorang wanita yang cantik berusia empat puluh tahun lebih, membawa saputangan sutera beraneka warna dan seorang kakek berbaju kuning.

Betapa tidak akan kaget hati mereka karena wanita yang sebenarnya sudah berusia enam puluh tahun itu adalah Hek-hwa Kui-bo, sedangkan kakek itu adalah tokoh utara yang paling terkenal, yaitu Siauw-ong-kwi Si Raja Setan Cilik, guru dari Giam Kin pemuda pemelihara ular.

Pemuda itu sendiri juga tampak tersenyum-senyum, matanya liar menyambar-nyambar ke arah Kwa Hong dan Thio Bwee. Di sampingnya terlihat seorang wanita cantik yang bersikap genit, berpakaian indah dan pesolek. Kim-thouw Thian-li!

Begitu melihat tubuh Kwee Sin yang menggeletak mandi darah di atas tanah, Kim-thouw Thian-li melompat mendekati. Tadinya orang mengira bahwa ia tentu akan menangis menggerung-gerung menyedihi kematian kekasihnya itu, akan tetapi siapa kira, setelah melihat bahwa Kwee Sin betul-betul sudah mati, ia lalu meludah ke arah tubuh itu sambil berkata.

“Cih, keparat keji! Bertahun-tahun kau menipuku, kusangka betul-betul setia, kiranya kau pemimpin mata-mata anjing pemberontak!” Kakinya diangkat dan menendang muka mayat itu.

“Kim-thouw Thian-li siluman betina, jangan kau hina dia!”

Lee Giok marah sekali, melompat dan memukul kepada ketua Ngo-lian-kauw itu. Kim-thouw Thian-li menangkis.

“Plak!”

Dua lengan halus bertemu dan keduanya terhuyung rnundur. Diam-diam Kim-thouw Thian-li kaget, sama sekali tidak menyangka bahwa nona yang biasanya menjadi pembantu Pangeran Souw Kian Bi ini ternyata memiliki kepandaian yang tinggi juga, Pantas Ia menjadi pemimpin mata-mata seperti yang disangka oleh Pangeran Souw Kian Bi, pikirnya.

“Hemmm, kau inikah yang selama ini diam-diam menjadi Ji-enghiong?” ejek Kim-thouw Thian-li dengan suara dingin.

Lee Giok nampak terkejut sekali.
“Apa kau bilang ba….. bagaimana kau bisa tahu tentang Ji-enghiong?”

“Hi-hi-hi, mata-mata hina! Kami sudah tahu bahwa Kwee Sin si keparat itu adalah Si-enghiong, dan kau adalah Ji-enghiong? Kalian memimpin mata-mata pemberontak di kota raja.”

Tiba-tiba Lee Giok tertawa girang.
“Bagus, bagus! Jadi kau sudah tahu sekarang? Memang betul, Kim-thouw Thian-li, Kwee-enghiong ini adalah pemimpin mata-mata pejuang yang memang bernama Si-enghiong. Jadi selama ini dia bekerja untuk kepentingan para pejuang. Pembesar-pembesar dikota raja dipermainkan termasuk kau. Kau kira dia betul-betul cinta kepada siluman macammu? Cih, tak tahu malu. Dan aku….. aku memang Ji-enghiong. Nah, kau mau apa?”

Bukan main marahnya hati Kim-thouw Thian-li mendengar ejekan-ejekan ini. Dengan gerak mata cerdik Kim-thouw Thian-li memandang kepada fihak Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai.

“Cuwi sekalian dari Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai, perempuan ini adalah seorang pemimpin pemberontak, terpaksa aku dan teman-teman hendak menangkapnya hidup-hidup untuk kubawa ke kota raja.”

Akan tetapi sementara itu Liem Sian Hwa sudah tak dapat menahan kemarahannya lagi. Inilah Kim-thouw Thian-li, perempuan yang tidak saja merenggut nyawa ayahnya, akan tetapi bahkan yang merampas tunangannya. Sekarang mendengar wanita ini hendak membujuk gurunya dan Pek Gan Siansu. Ia menerjang dan memaki.

“Siluman keji, kau telah membunuh ayahku. Rasakan pembalasanku!”

Pedangnya berkelebat menusuk. Kim-thouw Thian-li tertawa dan mengelak, cepat mengeluarkan golok dan membalas serangan Sian Hwa.






No comments:

Post a Comment