Ads

Wednesday, September 12, 2018

Raja Pedang Jilid 051

“Kenapa tidak semua rakyat mau bangkit melakukan perlawanan” tanya Beng San, mulai terbuka matanya dan diapun merasa heran akan kenyataan ini.

Tan Hok menarik napas panjang.
“Sayang diantara kita banyak yang mudah dipermainkan, masih banyak yang mabuk akan kesenangan diri sendiri tanpa mempedulikan keadaan rakyat jelata yang sengsara. Orang-orang kita yang pandai malah banyak yang menjadi kaki tangan Mongol, malah banyak pengkhianat-pengkhianat seperti ini sengaja memusuhi Pek-Lian-pai untuk membantu pemerintah penjajah. Perbuatan keji dan tak tahu malu ini dilakukan hanya karena mengejar kesenangan duniawi untuk diri pribadi belaka. Tidak malu menjual bangsa sendiri kepada penjajah. Benar-benar memuakkan”.

Tan Hok lalu menceritakan kepada Beng San tentang orang-orang dan golongan-golongan yang sengaja dipergunakan oieh pemenntah Mongol untuk menentang kaum pemberontak.

“Diantara mereka ini, yang paling menjemukan adalah kaum Ngo-lian-kauw. Ketuanya adalah Kim-thouw Thian-li. Dia itulah yang sudah membunuh guruku dan aku bersumpah demi tanah air dan keadilan, pada suatu hari aku pasti akan dapat membunuh siluman betina yang cabul itu!”

Teringat akan perbuatan Kim-thouw Thian-li dahulu yaitu setelah membunuh gurunya, lalu hendak membunuhnya pula, dia menjadi merah mukanya dan kebenciannya mendalam.

“Aku sudah mengumpulkan keterangan tentang Ngo-lian-kauw juga tentang semua perbuatan Kim-thouw Thian-li yang tak tahu malu. Perempuan cabul itu sengaja dipergunakan oleh pemerintah Mongol untuk melawan Pek-lian-pai. Dia benar-benar lihai dan jahat sekali, licin bagai belut dan banyak siasatnya.”

“Mendengar namanya, Kim-thouw Thian-li (Bidadari Kepala Emas), tentulah dia seorang wanita yang baik. Sebutannya Thian-li (Bidadari), bagaimana bisa jahat? Pula, seorang wanita saja, apa dayanya terhadap Pek-lian-pai yang begitu banyak mempunyai anggauta terdiri dari orang-orang gagah perkasa?”

Tan Hok tersenyum pahit.
“Sebetulnya itu hanyalah nama yang dipilihnya sendiri, bagiku dia lebih patut disebut iblis betina daripada bidadari. Tidak bisa dibantah bahwa dia memang cantik jelita. Kim-thouw Thian-li adalah murid tunggal dari Hek-hwa Kui-bo yang terkenal jahat dan kejam…..”

“Ahhh…..!”

“Kau sudah mendengar namanya?”

“Sudah….. sudah…..” jawab Beng San yang tentu saja sudah mengenal baik nenek itu.

“Jangan kau kira bahwa Kim-thouw Thian-li biarpun wanita tak berdaya terhadap Pek-lian-pai. Dia licik dan selain banyak pula anggauta Ngo-lian-kauw, juga di setiap tempat dia dibantu oleh para pembesar karena ia memiliki tanda kekuasaan dari kaisar sendiri. Sepak terjangnya amat licin dan curang. Baru-baru ini dia berusaha keras untuk merusak nama baik Pek-lian-pai dengan perbuatan-perbuatan jahat yang sengaja ia lakukan sambil meninggalkan tanda-tanda Pek-lian-pai. Tentu saja maksud perbuatannya ini adalah untuk merusak nama Pek-lian-pai, untuk menjauhkan Pek-lian-pai dari rakyat dan malah ia sengaja hendak mengadu domba Pek-lian-pai dengan partai-partai besar lain. Pendeknya, segala usaha tak tahu malu ia jalankan untuk melemahkan perjuangan menentang pemerintah Mongol. Malah aku sudah mendapat keterangan dari para penyelidik Pek-lian-pai bahwa dia sudah berhasil dalam usahanya mengacau perhubungan baik antara Kun-lun-pai dan Hoa-san-pai.”

Beng San kaget. la sudah mendengar tentang partai-partai besar di dunia persilatan dari Lo-tong Souw Lee, malah sekarang pun dia membawa surat Lo-tong Souw Lee untuk ketua Hoa-san-pai,





“Kenapa pula dia mengganggu Hoa-san-pai. dan Kun-lun-pai?”

“Sekarang ini di seluruh negeri, para orang gagah bangkit semangatnya untuk melawan penjajah dan banyak yang menggabungkan diri dengan Pek-lian-pai. Untuk mencegah inilah maka Kim-thouw Thian-li merusak hubungan antara partai-partai besar agar bertengkar sendiri, terutama sekali agar mereka memusuhi Pek-lian-pai. Sayang sekali, seorang pendekar muda dari Kun-lun-pai telah kena dipikat olehnya, dijatuhkan oleh kecantikannya.”

Tan Hok yang sudah mendengar dari para penyelidik Pek-lian-pai, bahkan sudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa penolongnya, yaitu Kwee Sin, terpikat oleh kecantikan Kim-thouw Thian-li, lalu menceritakan apa yang dia ketahui. Betapa Kim-thouw Thian-li dengan bantuan orang-orangnya menyamar sebagai orang-orang Pek-lian-pai dan melakukan pelbagai kejahatan, diantara nya membunuh Liem Ta ayah Liem Sian Hwa tunangan Kwee Sin.

“Tentu saja maksudnya untuk mengadu domba antara Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai,” ia menutup ceritanya, “Malah bukan itu saja maksudnya. Ia hendak mengadu dombakan kedua partai besar itu dengan Pek-lian-pai, dan pernah dia melakukan penyerangan kepada dua saudara Bun, murid-murid Kun-lun-pai dengan menyamar sebagai orang-orang Pek-lian-pai.”

Beng San tertarik sekali.
“Alangkah kejam dan jahatnya wanita itu.”

“Karena itulah aku dan teman-teman selalu memasang mata mencarinya. Awas dia kalau terjatuh ke dalam tangan Pek-lian-pai!”

Karena berjalan sambil bercakap-cakap, tak terasa lagi mereka sudah sampai di lereng Hoa-san. Tan Hok lalu menyuruh anak itu melanjutkan perjalanannya.

“Kau terus mengikuti jalan kecil ini dan di dekat puncak sana itulah bangunan dari Hoa-san-pai. Mulai dari sini tidak akan ada yang berani mengganggumu lagi. Aku harus kembali kepada teman-temanku. Adik Beng San, selamat berpisah dan mudah-mudahan kelak kita akan bertemu kembali.”

Beng San memberi hormat.
“Tan-twa-ko, siapa tahu kelak aku pun akan dapat membantumu.”

Mereka berpisah dan dengan cerita-cerita Tan Hok masih terbayang dalam benaknya, Beng San mendaki puncak Hoa-san. Akan tetapi segera bayangan ini lenyap ketika dia melihat pemandangan alam yang amat indah dari puncak Hoa-san itu. Hawa udarapun amat segarnya. la menghirup hawa sebanyaknya dan merasa bahwa dia akan betah tinggal di daerah ini.

**** 051 ****





No comments:

Post a Comment