Ads

Thursday, August 30, 2018

Raja Pedang Jilid 017

Betapapun juga, untuk menghafal delapan belas pokok gerakan itu dengan baik, dia harus mempergunakan waktu setengah bulan. Setelah tamat, keadaan suhunya sudah payah sekali.

Sebetulnya Beng San tidak tega meninggalkan suhunya ini, maka setelah tamat, biarpun hatinya ingin sekali pergi ke The Bok Nam untuk menerima warisan Yang-sin-kiam, namun dia tidak mau pergi, menjaga dan merawat suhunya.

“Ah,…. Puas hatiku… Im-sin-kiam sudah kau hafalkan semua….. sayang…… alangkah baiknya kalau kaupun dapat menghafal Yang-sin-kiam.”

“Suhu, sebetulnya suhu The Bok Nam juga sudah mengangkat teecu sebagai murid dan hendak menurunkan Yang-sin-kiam, akan tetapi…. Teecu tidak tega meninggalkan suhu seorang diri……”

“Bagus! Anak bodoh, kenapa tidak bilang dari kemarin? Hayo kau lekas pergi kesana. Lekas…..!”.

Beng San tak dapat membantah dan ketika dia dengan gerakan ringan memanjat tebing, dia mendengar dibawah suhunya itu tertawa-tawa gembira.

The Bok Nam menerima kedatangan Beng San dengan merengut.
“Hemmmm, murid apa kau ini? Kenapa begitu lama tidak muncul?”

Beng San menjatuhkan diri berlutut.
“The-suhu, harap ampunkan teecu yang lama tidak datang karena teecu harus menghafalkan Im-sin-kiam dari Phoa Ti suhu.”

Wajah yang muram itu menjadi terang.
“Aha, kiranya sahabatku Phoa Ti juga sudah sadar dan insyaf. Siapa yang merampas kitabnya?”

Diam-diam Beng San kagum juga. Tanpa melihat kakek ini sudah tahu bahwa Phoa Ti diserang orang dan dirampas kitabnya.

“Hek-hwa Kui-bo yang merampasnya, suhu. Lalu dia menceritakan secara singkat apa yang dilihatnya ketika dia keluar dari jurang ini setengah bulan yang lalu.

The Bok Nam menghela napas panjang.
“Akan geger di dunia kang ouw dengan terampasnya kitab-kitab itu. Lekas, Beng San, kau pelajari Yang-sin-kiam…., aku sudah hampir tak kuat lagi.”





Demikianlah, kali ini Beng San mempelajari Yang-sin-kiam dari gurunya yang kedua. Mungkin karena dia sudah menghafal Im-sin-kiam, kali ini dia mempelajari ilmu itu secara mudah. Baru sepuluh hari dia sudah dapat menghafal delapan belas pokok gerakan Yang-sin-kiam.

Sementara itu pada hari kesebelasnya dia mendapati The Bok Nam sudah kaku dalam keadaan duduk bersila, sudah tak bernyawa lagi! Beng San kaget dan terharu sekali, menangis dengan sedihnya. Segera dia menggali lubang di jurang itu dengan kedua tangannya.

Baiknya dia sudah melatih silat dan gerakan-gerakan itu menambah besar tenaga di tubuhnya, sudah dapat mempersatukan hawa Yang dan Im di tubuhnya maka tidak begitu sukarlah baginya untuk menggali lubang di tanah dasar jurang yang tidak keras itu.

Setelah mengubur jenazah The Bok Nam dan berlutut beberapa lama, anak itu lalu meninggalkan jurang, menuruni jurang di seberang untuk menghadap gurunya yang seorang lagi.

Ia melihat orang tua itu rebah miring seperti biasa.
“Phoa suhu, teecu sudah berhasil mempelajari…” ia menghentikan kata-katanya karena melihat keadaan suhunya yang diam tak bergerak. Cepat dia melompat mendekatinya dan…. “Suhu…” untuk kedua kalinya Beng San menangisi kematian seorang lagi yang amat disayang dan dihormatinya.

Phoa Ti ternyata sudah meninggal dunia pula, agaknya belum lama dia mati karena tubuhnya masih baik.

Seperti yang dia lakukan kepada jenazah The Bok Nam, Beng San juga mengubur jenazah Phoa Ti di dasar jurang itu. Ia memberi hormat di depan makam suhunya, lalu dia memanjat jurang keluar dari situ.

Diambilnya sebuah batu besar dan diletakkannya di pinggir jalan sebagai tanda pengenal. Tanpa tanda ini akan sukar sekali mencari dimana adanya jurang yang menjadi kuburan kedua orang tua itu, baru anak ini sadar bahwa dia tadi telah mengangkat sebuah batu yang amat besar dengan mudah saja!

Ia kaget berbareng girang bukan main. Karena maklum bahwa pelajaran-pelajaran yang dia dapatkan dari kedua orang kakek itulah yang mendatangkan tenaga besar dalam tubuhnya, dia mengingat-ingat semua pelajaran itu dengan baik dan sambil berjalan meninggalkan tempat itu dia berjanji kepada diri sendiri untuk melatih diri dengan semua jurus itu setiap kali ada kesempatan baginya.

**** 017 ****





No comments:

Post a Comment