Ads

Friday, January 4, 2019

Rajawali Emas Jilid 127

Song-bun-kwi mulai sibuk, apalagi melihat Kong Bu terdesak hebat oleh Siauw-ong-kwi. Memang diantara mereka, yang paling payah adalah Kong Bu. Selain harus menggendong Beng San yang tidak ingat atau pingsan, juga hati pemuda ini gelisah sekali memikirkan nasib adik tirinya, Cui Bi yang tadi dibawa lari oleh manusia bermuka iblis itu.

Harus diakui bahwa di dalam hatinya, Kong Bu amat sayang kepada adik tirinya itu, dan tadi ia bermaksud menolong, siapa tahu keadaan lawan amat tangguh dan ayahnya sudah pingsan tak dapat melawan lagi.

Hatinya gelisah, ditambah lawannya Siauw-ong-kwi, adalah tokoh utama dari utara yang kepandaiannya setingkat dengan kakeknya!

“Bagus, kau pemuda jahat harus membalas kematian muridku!” berkali-kali Hek-hwa Kui-bo berteriak keras sambil mendesak Sin Lee dengan pedangnya.

Kwa Hong yang hendak membantu puteranya, ditahan oleh Toat-beng Yok-mo dan Tok Kak Hwesio, dua orang tokoh yang memiliki kepandaian tinggi. Permainan pedang Hek-hwa Kui-bo adalah ilmu pedang Im-sin Kiam-sut, hebat bukan main dan memiliki daya serang yang mengandung tenaga Im-kang, Sin Lee juga amat kuat ilmu pedangnya gerakkan kakinya sangat membingungkan dan serangan-serangannya ganas sekali, namun menghadapi nenek ini, ia kalah pengalaman, kalah tenaga, dan kalah segala-galanya. Biarpun ia telah mengerahkan kepandaiannya, tetap saja ia terkurung oleh sinar pedang Hek-hwa Kui-bo, bahkan terancam hebat.

Pada saat yang amat berbahaya itu, terdengar bentakan-bentakan nyaring dan seorang wanita yang bergerak seperti seekor naga betina menerjang dengan pedang yang menyambar laksana kilat.

Siauw-ong-kwi yang diserang oleh wanita ini kaget dan menangkis dengan lengan baju. Pedang wanita itu tertangkis, menyeleweng ke samping akan tetapi ujung lengan baju Siauw-ong-kwi robek!

“Orang-orang tua pengecut!” wanita itu berteriak dan ia berseru kaget melihat keadaan Beng San dalam pondongan Kong Bu.

Wanita ini bukan lain adalah Cia Li Cu. Melihat suaminya mandi darah dan dengan muka pucat pingsan dalam pondongan Kong Bu, ia menjerit dan cepat menubruk. Kong Bu memberikan tubuh Beng San kepada ibu tirinya ini dan sekarang dengan penuh semangat ia memutar pedangnya menghadapi Siauw-ong-kwi.

“Jangan kuatir, kami bantu!” terdengar suara wanita lain dan muncullah Li Eng dan Hui Cu, Li Eng langsung membantu Kong Bu dan Hui Cu segera membantu Sin Lee.

Hal ini terjadi karena dorongan hati masing-masing melihat laki-laki perampas hati mereka itu terdesak oleh lawan. Di belakang dua orang gadis ini muncul puluhan orang anggauta Thai-san-pai yang semua telah mencabut pedang.

Melihat ini Hek-hwa Kui-bo berseru keras,
“Cukup kita main-main! Biar besok pada pembukaan Thai-san-pai dilanjutkan, ha-ha-ha-ha!”

Nenek ini melompat ke belakang, diturut oleh yang lain-lain karena mereka melihat keadaan tidak menguntungkan pihak mereka. Apalagi setelah Beng San terluka hebat, besok lusa mudah saja bagi mereka untuk menantang dan menggagalkan pendirian Thai-san-pai, membalas dendam dan merusak nama Thai-san-pai dan ketuanya dimuka semua orang kang-ouw!

Sementara itu, Li Cu yang melihat keadaan suaminya parah sekali, tak sempat mencari tahu lagi, juga tidak bertanya kepada Song-bun-kwi maupun Kwa Hong yang tadi ia lihat sekelebatan berkelahi di pihak suaminya. Sambil mengeluh penuh kegelisahan nyonya ini memondong tubuh suaminya dan dibawa lari menuiu puncak,





“He, Kong Bu, kau hendak kemana?” Song-bun-kwi berteriak melihat cucunya dengan pedang di tangan berlari cepat.

“Harus kutolong adik Cui Bi dari tangan manusia bermuka iblis!” jawab Kong Bu tanpa menengok.

“Aku ikut!”

Sin Lee juga berseru dan tubuhnya melompat jauh mengejar Kong Bu dengan pedang di tangan. Kong Bu menoleh sambil lari, Sin Lee memandang. Dua orang pemuda ini berpandangan dan biarpun mulut mereka tidak berkata apa-apa namun sinar mata mereka seakan-akan telah saling dapat menemukan isi hati masing-masing, tanpa sekecappun kata-kata dua orang muda seayah ini telah bersekutu!

Li Eng dan Hui Cu saling pandang dan Hui Cu berkata kaget,
“Eh, Adik Eng, mana Paman Hong?”

Li Eng menengok kesana kemari, berkata kuatir juga, Tadi kulihat dia berlari di belakang kita… ah, jangan-jangan dia ketinggalan jauh. Mari kita susul Bibi, keadaan Paman Beng San kulihat tadi amat menguatirkan.”

Dua orang gadis ini lalu berlari menyusul Li Cu, hendak membantu bibi itu dan juga hendak mencari Kun Hong yang tadi datang bersama mereka. Para anggauta Thai-san-pai juga berbondong-bondong sudah mengikuti nyonya ketua mereka kembali ke puncak.

Setelah keadaan disitu sunyi, Kwa Hong dan Song-bun-kwi hanya bisa saling pandang dengan muka kecewa. Keduanya merasa kecewa dan tertusuk hatinya karena sikap cucu dan putera mereka. Lebih-lebih Kwa Hong. Sama sekali ia tidak menyangka bahwa Sin Lee akan membalik dan memberontak, membela ayahnya dan menentangnya.

“Sin Lee…!”

Akhirnya ia memekik nyaring dan tubuhnya melesat ke satu jurusan, agaknya hendak mengejar puteranya.

Song-bun-kwi menampari kepalanya sendiri, bicara seperti orang gendeng,
“Goblok kau, tua bangka goblok! Mana bisa memisahkan anak dari ayahnya? Goblok kau hendak mencelakakan cucumu sendiri, tolol!”

Dan iapun pergi dari situ dengan langkah gontai, wajahnya nampak makin tua dan sinar mata yang semula liar itu menjadi lunak dan muram.

**** 127 ****





No comments:

Post a Comment