Ads

Wednesday, December 19, 2018

Rajawali Emas Jilid 095

“Sungguh merupakan penghormatan besar sekali tempat kami yang buruk ini mendapat kunjungan Sam-wi Busu dari istana. Entah ada urusan apakah sampai Pangeran Mahkota mengutus Sam-wi datang kesini?” terdengar Kim-thouw Thian-Li bertanya, suaranya jelas menyatakan kebanggaan hatinya,

Tiga orang jagoan Istana itu cukup mengenal siapa wanita di depan mereka itu. Bukan tergolong tokoh baik, malah dahulu terkenal pembela Kaisar Mongol dan dalam pemberontakan para pembesar belasan tahun yang lalu wanita inipun ikut campur. Pendeknya dalam perkara yang buruk-buruk sudah terlalu sering wanita ini mengotorkan tangannya. Oleh karena itu dengan suara keras dan angkuh Souw Ki berkata,

“Kami bertiga memang utusan Pangeran Mahkota, akan tetapi Pangeran Mahkota sama sekali tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Ngo-lian-kauw dan tidak mengutus kami pergi kesini, melainkan mengutus kami menyelidiki seorang kakek yang telah mengacau di Istana Kembang.”

Kim-thouw Thian-li merasa juga akan keangkuhan pengawal istana itu yang tidak memandang mata kepada Ngo-lian-kauw, maka mukanya menjadi merah dan ia bertanya dengan nada mengejek,

“Kalau memang tidak ada urusan dengan Ngo-lian-kauw, mengapa Sam-wi Busu mencapaikan diri datang kesini? Urusan di istana sudah tentu saja kami tidak bisa membantumu.”

Tiat-jiauw Souw Ki adalah seorang bekas bajak, wataknya keras dan kasar, tidak takut kepada siapapun juga karena ia mengandalkan kedudukan dan mengandalkan teman-temannya.

“Kamipun tidak membutuhkan bantuan Ngo-lian-kauw. Akan tetapi kakek yang berani mengacau Istana Kembang yang kami ketahui hanya seorang saja yang tinggal di Ngo-lian-kauw. Eh Toat-beng Yok-mo, mengaku sajalah, bukankah kau yang main-main di Istana Kembang? Kalau betul, kau menyerahlah kami tangkap, dan kembalikan dua orang gadis yang kau culik.”

Mata Yok-mo yang besar sebelah itu menjadi makin besar sebelah, yang besar jadi melotot? dan yang kecil sampai meram, mulutnya mengeluarkan bunyi, “heh-heh-heh” tiada hentinya.

Bu Sek yang pertama dari Ho-pak Sian-sai, tak sabar berkata,
“Seorang laki-laki harus berani mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Sudah berani mengacau Istana Kembang masa takut mengakui?”

Tiba-tiba Yok-mo tertawa bergelak,
“He-he-he, lucunya! Disini pun tidak kekurangan gadis-gadis yang cantik manis, kenapa harus menculik ke istana? Harap kalian jangan main-main dengan seorang tua seperti aku!”

Souw Ki saling pandang dengan sepasang saudara kembar itu, lalu Si Tangan Besi berkata,

“Bagaimana kami dapat meyakininya bahwa kau tidak melakukan perbuatan itu, Toat-beng Yok-mo?”

“Heh-heh-heh, urusan menculik tentu ada buktinya. Kalian bertiga boleh mencari, apakah benar dua orang gadis itu berada disini, heh-heh-heh!”

Sebetulnya Yok-mo sudah marah sekali dan kalau menurutkan perasaan hatinya, ingin ia turun tangan memberi hajaran kepada tiga orang ini. Akan tetapi mengingat bahwa mereka adalah utusan Pangeran Mahkota, tentu saja ia tidak berani bertindak sembrono, maklum akan hebatnya pengaruh pangeran itu yang tentu akan membuat hidupnya tidak aman lagi kalau ia sampai mengadakan permusuhan.

“Baiklah, kami akan melakukan penggeledahan di Ngo-lian-kauw. Kalau betul-betul tidak terdapat dua orang gadis yang kami cari, untuk sementara kami akan mencabut tuduhan kami,” setelah berkata demikian Souw Ki lalu mengajak dua orang temannya untuk menyeberangi jembatan itu.

Akan tetapi tiba-tiba Kim-thouw Thian-li memberi tanda dan pasukan wanita yang mengawalnya tadi bergerak memenuhi jembatan, menghadang tiga orang busu ini.

“Hemm, apa artinya ini?”

Souw Ki membentak sambil menoleh kepada Kim-thouw Thian-li. Wanita ini tertawa, masih genit suara ketawanya dan masih terbayang kecantikan wajah nenek yang sudah tua ini.

“Tiat-jiu Souw Ki dan Ho-pak Sian-sai! Sudah lama aku mendengar nama besar kalian sebagai tiga diantara tujuh orang jagoan istana yang amat terkenal. Sebaliknya kiraku kalian bertiga juga sudah mendengar nama Ngo-lian-kauw yang selamanya tidak akan mengijinkan orang luar masuk tanpa persetujuanku. Andaikata kalian membawa surat perintah Pangeran Mahkota, sudah tentu saja kami sebagai rakyat tidak akan berani membangkang, karena bukan maksud kami akan rnemberontak terhadap pemerintah. Akan tetapi, kalian datang tanpa surat perintah, siapa tahu kalau kalian hanya mengandalkan kepandaian sendiri dan nama Pangeran untuk menghina kami? Bicara tentang kepandaian, kalian mengandalkan apakah hendak melanggar larangan Ngo-lian-kauw?”





Tiat-jiu Souw Ki adalah seorang tokoh yang terkenal dengan kekuatannya sehingga tangannya dianggap sebagai tangan besi. Juga permainan senjata ruyung bajanya amat terkenal, senjata yang sesuai dengan tenaganya yang besar. Mendengar ejekan Ketua Ngo-lian-kauw ini, mukanya yang hitam menjadi makin gelap. Ia menghampiri sebuah singa-singaan batu di sebelah kiri jembatan, lalu berkata,

“Singa-singaan batu ini mengandalkan kekerasannya, akan tetapi aku mengandalkan apakah? Tidak lain mengandalkan tanganku ini!”

Tangan kanannya bergerak memukul perlahan dan kepala singa batu itu remuk berhamburan.

Sauw Ki tertawa bergelak,
“Ha-ha, hanya kelihatannya saja keras singa batu ini, kiranya begini lunak!”

“Saudara Souw, setelah kami berdua datang, sepasang singa batu ini memang tidak berhak berdiri lagi. Tapi kenapa kau hanya melenyapkan kepalanya?” kata Bu Sek, seorang diantara Ho-pak Siang-sai yang bermuka kuning dan karenanya berjuluk Ui-bin-sai (Singa Muka Kuning).

Adiknya, Bu Tai ,yang berjuluk Ang-bin-sai (Singa Muka Merah) juga tertawa dan berkata,

“Sungguh tak enak melihat Souw-twako menghancurkan singa-singa batu. Bagi yang tidak tahu dikiranya Souw-twako menghina kami!”

Dua orang saudara kembar itu menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba tampak sinar pedang berkelebat, sebuah ke sebelah kiri jembatan, satu lagi ke sebelah kanannya dan tahu-tahu terdengar suara keras dan singa batu yang sudah pecah kepalanya tadi tahu-tahu terguling roboh, sedangkan yang berada di sebelah kanan jembatan juga roboh terbabat pedang. Gerakan pedang sepasang saudara kembar ini cepat dan hanya kelihatan sinar pedangnya saja, dapat diduga bahwa ilmu pedang mereka memang hebat.

“Bagus, bagus! Tiga orang busu dari Pangeran Mahkota benar-benar hebat dan gagah, sudah menang melawan dua ekor singa batu, heh-heh-heh!” Toat-beng Yok-mo tertawa, setengah mengejek.

Akan tetapi Kim-thouw Thian-li menjadi merah mukanya saking menahan marah. Kalau bukan utusan Pangeran yang melakukan pengrusakan terhadap hiasan jembatannya, tentu ia langsung sudah turun tangan sendiri memberi hajaran.

“Yok-mo, kalau kami belum menggeledah kedalam, bagaimana kami bisa merasa yakin bahwa kau tidak bersalah?” Souw Ki berkata nyaring, namun Kakek Setan Obat itu hanya tertawa ha-ha he-he saja.

“Souw-busu, Toat-beng Yok-mo hanya tamuku dan yang bertanggung jawab tentang tempat ini adalah aku. Ketahuilah bahwa tidak sembarang orang boleh memasuki tempat kami, kecuali orang yang dianggap cukup berharga dan gagah. Kalau Sam-wi Busu sanggup melewati lapisan Ngo-lian-tin kami yang ada tiga buah, biarlah kami anggap Sam-wi cukup berharga dan gagah untuk memasuki tempat kami.”

Kim-thouw Thian-li memberi isyarat dengan tangannya dan para pengawalnya tadi segera bergerak. Lima belas orang diantara para pengawalnya dengan pedang di tangan lalu berpencaran menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari lima orang, sekelompok menjaga di kepala jembatan, sekelompok kanan kiri. Mereka berdiri berjajar, sekelompok lima orang.

Souw Ki saling pandang dengan dua orang saudara kembar itu, lalu tertawa.
“Kim-thou Thian-li, kau benar-benar memandang rendah kepada kami. Kalau kami tidak memperlihatkan kepandaian, tentu kau tidak dapat mengenal kelihaian kami!” kata Souw Ki sambil mengeluarkan ruyung bajanya yang berat.

“Bu-Siang-te, hayo kita gempur Ngo-lian-tin ini tidak perlu kita sungkan-sungkan lagi!”

Bu Sek dan Bu Tai juga mencabut pedang mereka, lalu masing-masing melompat menghadapi sekelompok Ngo-lian-tin.

Ngo-lian-tin (Barisan Lima Teratai) ini adalah ciptaan Kim-touw thian-li sendiri, sebuah barisan terdiri dari lima orang wanita yang gerak-geriknya diambil dasarnya dari Ngo-heng-tin, lima orang wanita yang cukup tinggi ilmu pedangnya dilatih untuk bergerak saling bantu dengan cara yang amat berbahaya bagi lawan.

Tiga orang busu ini cepat menggerakan senjata mereka dan masing-masing menyerbu sekelompok Ngo-lian-tin. Ruyung baja ditangan Souw Ki mengeluarkan angin ketika ia memutarnya dan menerjang lima orang wanita cantik yang cepat menggunakan pedang untuk menghadapinya dalam bentuk Ngo-lian-tin itu.

Kaget juga jagoan istana ini ketika seorang anggauta Ngo-lian-tin yang diserangnya sama sekali tidak mengelak, hanya mengangkat pedang menangkis, akan tetapi empat batang pedang lain dari empat jurusan membarengi gerakannya menyerang empat bagian berbahaya dari tubuhnya. Terpaksa ia menarik kembali senjatanya dan menangkis serangan-serangan itu dengan memutarkan ruyung sekuat tenaga. Empat orang wanita itu mengeluarkan seruan tertahan karena hampir saja pedang mereka terlempar dari tangan, begitu hebat tenaga Si Tangan Besi ini.

Souw Ki maklum bahwa kalau ia menyerang seorang lawan, yang empat tentu akan membarengi serangannya sehingga dasar Ngo-lian-tin ini adalah mengorbankan seorang anggauta untuk mengalahkan lawan. Tentu saja ia tidak mau dan ia segera mengerahkan tenaganya memutar ruyungnya, mengambil keuntungan dari tenaganya yang besar untuk mengadu senjata dengan lima batang pedang itu. Usahanya itu berhasil baik karena lima orang wanita yang menjadi lawannya terdesak mundur sampai ke tengah jembatan!

Juga sepasang saudara kembar she Bu itu ternyata memiliki ilmu pedang yang hebat dan cepat sehingga kelompok Ngo-lian-tin yang mengeroyok mereka tak dapat Mengimbanginya.

Terdengar jerit susul-menyusul ketika beberapa orang wanita, anggauta Ngo-lian-tin terluka oleh pedang mereka disusul Souw Ki yang berhasil menendang dua orang pengeroyoknya masuk ke dalam anak sungai!

Tingkat kepandaian para busu yang menjadi tangan kanan Pangeran Mahkota ini benar-benar tak boleh dipandang rendah. Sampai pucat muka Kim-thouw Thian-li saking malu dan marahnya. Akan tetapi apa yang dapat ia lakukan? Ia sudah berjanji bahwa kalau tiga orang itu dapat mengalahkan Ngo-lian-tin, mereka diperbolehkan masuk kedalam untuk melakukan penggeledahan, Sebagai Ketua Ngo-lian-kauw tentu saja ia tidak suka menjilat ludah sendiri. Ia memberi isyarat dengan tepukan tangan dan sisa barisan Ngo-lian-tin itu yang tahu bahwa mereka takkan dapat menang, cepat mengundurkan diri.

Souw Ki tertawa bergelak dan bersama kedua Saudara Bu ia lalu menyeberangi jembatan memasuki lima bangunan berbentuk bunga teratai itu. Mereka melakukan penggeledahan, memasuki semua kamar dan ruangan, akan tetapi tentu saja mereka tidak bisa mendapatkan dua orang gadis pilihan Pangeran yang terculik pada malam itu, karena memang bukan Yok-mo penculiknya.

Tiga orang itu menjadi kecewa sekali karena tadinya mereka menduga keras bahwa satu-satunya kakek yang selihai itu, yang berani mengacau Istana Kembang siapa lagi kalau bukan kakek ini? Apalagi kalau dipikir bahwa Yok-mo menjadi “teman baik” Ketua Ngo-lian-kauw yang dahulu pernah memusuhi Kaisar.

Sementara itu, Kun Hong yang bersembunyi sambil mengintai, melihat betapa jagoan-jagoan istana itu mencurigai Yok-mo, diam-diam juga ikut menjadi curiga. Ia cukup mengenal Yok-mo yang berwatak palsu, bukan tidak mungkin kakek ini yang menculik Li Eng dan Hui Cu! Maka ia menanti hasil penyelidikan tiga orang jagoan itu dengan hati berdebar. Iapun ikut kecewa ketika tiga orang itu keluar dengan tangan kosong, dan wajah muram, Yok-mo terkekeh-kekeh mentertawakan lalu berkata,

“Heh-heh-heh, apakah kalian menemukan dua orang gadis itu?”

Souw Ki makin marah ketika ditertawakan.
“Kakek jahat! Siapa tahu kalau kau sembunyikan dua orang gadis itu di tempat lain?”

“Heh-heh, kewajibanmulah untuk mencari dan menemukannya andaikata benar kusembunyikan.”






No comments:

Post a Comment