Ads

Friday, October 26, 2018

Raja Pedang Jilid 128

Dengan halus dia membelai rambut gadis gagu itu, lalu berkata perlahan dan mendorong Bi Goat ke samping,

“Bi Goat, kau mengasolah…..”

Kemudian dengan sekali melompat dia telah berdiri menghadapi Li Cu yang memandang dengan wajah pucat.

“Kau….. kau pencuri pedang! Kembalikan Liong-cu Siang-kiam kepadaku!” kata Beng San, matanya yang merah memandang tajam seakan-akan hendak menusuk dada gadis cantik itu dengan pandang matanya.

Li Cu yang tadinya merasa ngeri, sekarang berbalik marah ketika mendengar ia dimaki pencuri. la tidak mengenal lagi pemuda yang hanya satu kali ia lihat dahulu di puncak Hoa-san-pai sebagai Seorang sastrawan lemah yang berani mati mencampuri urusan Hoa-san-pai dengan Kun-lun-pai.

“Keparat, kau barangkali sudah gila. Pergi!”

Li Cu mengancam dengan pedangnya, akan tetapi sekali melangkah maju Beng San mengulur tangan hendak merampas pedang itu. Hampir saja pedangnya kena dirampas kalau Li Cu tidak segera cepat menarik kembali pedangnya. Ia kaget. Gerakan orang ini cepat dan tidak terduga sekali. Teringat ia akan sambitan gelap tadi.

“Kaukah penjahat yang menyambit pedangku tadi?”

Beng San mengangguk.
“Tak boleh kau melukai Bi Goat. Dan pedang-pedang itu, dia milikku, kembalikan sekarang juga. Aku segan mempergunakan kekerasan terhadapmu.”

Ucapan ini keras sehingga terdengar semua orang. Orang yang belum mengenalnya tertawa geli, menyangka bahwa dia benar-benar seorang gila. Akan tetapi Beng San tidak peduli dan melangkah lagi. Kini Li Cu tidak ragu-ragu. Tentu orang ini berilmu tinggi, maka tidak memalukan kalau kuserang dia.

“Bangsat, kau mencari mati sendiri. Lihat pedang!”

Pedangnya menusuk seperti kilat menyambar. Bi Goat kebingungan dan memandang pucat. Akan tetapi sedikit miringkan tubuhnya saja Beng San berhasil mengelak. Li Cu penasaran dan mengirim serangan berantai. Namun, tujuh kali sambaran pedangnya, selalu mengenai tempat kosong seakan-akan pemuda ini sudah tahu kemana pedang hendak menyerang. la makin penasaran dan hendak menyerang mati-matian akan tetapi tiba-tiba Ciu Hui Gan melompat datang.

“Saudara muda, kau siapakah dan apa sebabnya kau mendakwa anakku mencuri pedang Liong-cu Siang-kiam darimu?” tanyanya.

Beng San mengangkat muka memandang. Cia Hui Gan adalah seorang pendekar besar, akan tetapi dia bergidik ketika melihat muka yang bersinar kehijauan ini. Diam-diam dia kaget, karena orang yang bermuka seperti ini hanyalah orang keracunan atau orang yang memiliki Iweekang yang sudah mencapai dasar tenaga Im. Melihat seorang tua gagah, Beng San segera memberi hormat.

“Agaknya aku berhadapan dengan Raja Pedang Cia Hui Gan. Ketahuilah, anakmu ini telah menyamar sebagai aku dan menipu mendiang guruku sehingga Liong-cu Siang-kiam diberikan kepadanya. Sebelum mati guruku berpesan kepadaku supaya aku mencari pencuri pedang itu, kalau sudah bertemu, kalau laki-laki harus kubunuh dan kalau….. hemmm…..”

Beng San dalam gugupnya tak dapat bicara lagi, dia merasa diri bodoh sekali dan menyesal setengah mati mengapa dia menceritakan hal ini.

“Dan kalau perempuan bagaimana…..?”

Cia Hui Gan mendesak, mata pendekar pedang bersinar-sinar. Sekarang baru tampak olehnya wajah Beng San yang asli, wajah seorang pemuda tampan dan jujur, membayangkan kehalusan budi.

Seketika sinar kehijauan yang meliputi wajahnya lenyap berubah putih segar seperti biasa, kemudian berubah merah sekali sampai hitam. Kembali Cia Hui Gan kaget setengah mati. Inilah wajah seorang yang memiliki Iweekang yang sudah mencapai dasar tenaga Yang!





“Kalau wanita…..” kata Beng San “menurut mendiang suhu harus menjadi…, eh, menjadi isteriku…..”

“Ha-ha-ha-ha-ha….. lucu betul si maling Lo-tong Souw Lee…..” kata Cia Hui Gan.

Beng San merasa lengannya dipegang orang erat sekali. la menoleh dan ternyata yang memegang lengannya adalah Bi Goat yang memandang dengan air mata berlinang. la menepuk-nepuk tangan Bi Goat, lalu berkata cepat-cepat.

“Cia-enghiong, biarpun mendiang suhu memesan demikian, aku….. aku tidak akan mengambil isteri puterimu….. eh, tidak siapapun juga, eh….. aku hanya ingin mengambil kembali Liong-cu Siang-kiam…..”

la menoleh lagi lalu mendorong pergi Bi Goat. Gadis ini tersenyum dan segera mengundurkan diri. Pertunjukan romantis ini ditonton oleh semua orang dan disana-sini orang tertawa, ada juga yang terharu. Jelas sekali terlihat bahwa antara pemuda yang mukanya berubah ubah seperti bunglon dan gadis yang gagu terdapat jalinan kasih sayang yang besar,

Sekarang Cia Hui Gan menoleh kepada puterinya, suaranya keren ketika bertanya.
“Li Cu, kau bilang berhasil merampas kembali Liong-cu Siang-kiam. Bagaimana sekarang pemuda ini menuduhmu menipu?”

Li Cu melangkah maju dan membentak Beng San,
“Orang gila, kau berani menuduhku. Siapa namamu?”

“Aku….. namaku Beng San…..”
Pemuda ini gugup juga menghadapi nona cantik jelita seperti bidadari yang marah itu.


Seketika wajah Li Cu berubah merah
“Ayah….. aku…. aku bertemu Lo-tong Souw Lee. Dia….. dia mengira aku….. aku muridnya yang bernama Beng San. Karena aku berpakaian sebagai pria dan dia….. dia buta, dia lihai dan aku….. aku khawatir takkan berhasil merampas maka aku membiarkan saja dia menyangka aku muridnya, dan memberikan pedang kepadaku….”.

“Hemmm, kau memalukan!” bentak Cia Hui Gan, kemudian jago pedang ini berpaling kepada Beng San. “Beng San, kau dengar sendiri. Anakku sudah mengaku, memang licik perbuatannya. Akan tetapi kau hanya tahu satu tidak tahu dua. Pedang Liong-cu Siang-kiam sebetulnya adalah hakku, karena pedang itu dahulu ratusan tahun yang lalu adalah milik sucouw kami, Ang I Niocu. Setelah terjatuh ke dalam tangan kaisar, dicuri oleh Lo-tong Souw Lee. Kalau sekarang kami kembali merampas dari dia, bukankah itu sudah sewajarnya?”

“Tidak bisa! Suhu mengambilnya dengan kepandaian, puterimu mengambilnya dengan tipu daya. Dan aku sudah bersumpah di depan suhu…..”

“Hemmm, kau boleh sekarang merampasnya kembali kalau kau ada kepandaian!” tantang Li Cu.

“Baik, kau jagalah!”

Beng San menubruk maju, sekaligus kedua tangannya bergerak, yang kiri menotok leher yang kanan merampas pedang. Cia Hui Gan melompat mundur membiarkan anaknya menghadapi Beng San. Gadis itu marah sekali dan memutar pedang membabat tangan Beng San. Akan tetapi gerakan Beng San ini hanyalah gerak tipu belaka, tahu-tahu pemuda ini sudah menyelinap ke belakang tubuh Li Cu dan sekali dia menggerakkan tangan, pedang Liong-cu Siang-kiam yang panjang dan yang tadinya tergantung di punggung gadis itu sudah kena dia rampas!

Pucat wajah Li Cu.
“Keparat, hari ini aku Cia Li Cu hendak bertanding mati-matian denganmu!”

Pedang pendeknya diputar cepat merupakan segulungan sinar keemasan menerjang diri Beng San. Beng San juga menggerakkan pedangnya dan dua pedang bertemu, mengeluarkan bunga api menyilaukan mata.

Disaat berikutnya dua orang muda ini sudah bertanding seru. Alangkah herannya semua tamu ketika melihat betapa pemuda yang mengerikan ini biarpun gerakan-gerakannya kacau-balau, dan amat buruk kalau dibandingkan ilmu pedang Li Cu, namun selalu gulungan sinar pedang Li Cu dapat ditahannya dan dipukul kembali.

Malah dengan gerakan-gerakan selanjutnya Beng San mulai mendesak Li Cu dengan Ilmu Pedang Im-yang Kiam-sut yang amat lihai dan ternyata dasar ilmu pedang mereka adalah satu sumber, hanya pecahan Im-yang Kiam-sut lebih ruwet dan kuat. Apalagi karena dalam diri Beng San sudah terdapat sari tenaga Im dan Yang, maka setiap kali bertemu pedang, Li Cu merasa seluruh tubuhnya panas dingin dan gemetar,

Cia Hui Gan menonton pertempuran ini dengan mata bersinar-sinar dan timbul rasa kagum dan sukanya kepada Beng San. Pemuda inilah yang sebetulnya dapat mengatasi anaknya, malah agaknya akan dapat mengalahkan dia sendiri. Bukankah ilmunya itu ilmu peninggalan Bu Pun Su. la sudah mendengar bahwa Yang-sin Kiam-sut terjatuh ke tangan Song-bun-kwi dan Im-sin Kiam-sut jatuh ke tangan Hek-hwa Kui-bo.

Akan tetapi kenapa pemuda ini demikian mahir Im-yang Sin-kiam-sut? Sayang bahwa anaknya telah mempunyai pilihan hati sendiri, yaitu muridnya yang pertama. Kalau tidak begitu…..”ah, pemuda ini benar-benar hebat!”

Selagi Beng San dan Li Cu bermain pedang dengan amat hati-hati karena keduanya maklum akan kelihaian lawan sedangkan Beng San juga merasa segan untuk melukai gadis jelita ini, tiba-tiba terdengar suara hiruk-pikuk seakan akan gunung itu meletus. Kemudian dari bawah puncak berlari-lari seorang laki-laki dikejar oleh banyak orang.

Setelah tiba di tempat itu, ternyata orang itu adalah Tan Beng Kui yang menderita beberapa luka ringan pada pundak dan lengannya. Darah membasahi bajunya. Begitu tiba di tempat itu dan melihat Beng San masih bertanding melawan Li Cu, Beng Kui melompat maju dan membentak,

“Beng San, berani kau kurang ajar disini?”

Beng San terkejut dan melompat mundur. Sebelum dia menjawab, para pengejar sudah tiba di tempat itu pula dan kelihatan Pangeran Souw Kian Bi bersama belasan orang perwira lain. Pangeran ini kelihatan marah sekali dan begitu tiba di depan Tan Beng Kui dia memaki.

“Manusia tak kenal budi! Jadi ternyata engkau telah mengkhianati kami dan ternyata kau yang selama ini disebut Ji-enghiong? Bagus, bagus…..! Kau melarikan diri kesini, ha-ha-ha! Kau kira sebagai Ji-enghiong kau sudah merasa diri paling pandai dan siasatmu selama ini mengacaukan kerajaan? Pengkhianat Tan Beng Kui! Pada saat ini puncak ini sudah dikurung oleh selaksa orang perajuritku! Kau dan semua orang yang berada disini, kecuali saudara-saudara yang membantu kerajaan, akan dibasmi habis! Ha-ha-ha!”

Semua orang terkejut sekali, apalagi ketika mendengar sorakan dan melihat bahwa di lereng gunung sudah kelihatan banyak sekali tentara negeri mengurung tempat itu. Kekagetan ini bukan hanya karena ancaman si Pangeran Mongol, terutama sekali mereka yang sudah mengenal Beng Kui merasa kaget ketika mendengar kenyataan bahwa Tan Beng Kui ternyata adalah Ji-enghiong yang terkenal sebagai seorang pemimpin pejuang di kota raja!

Ketika Pangeran Souw Kian Bi melihat Lee Giok disitu, dia tertawa lagi, suara ketawanya seperti iblis.

“Ha-ha-ha-Ha-ha! Lee Giok, nyonya Liong, bagus sekali kaupun sudah bersiap menerima mampus disini. Tubuhmu akan kuserahkan kepada. para perajurit, kemudian kau akan dicincang hancur dan kuberikan kepada anjing! Kau dahulu mengaku sebagai Ji-enghiong untuk mengelabuhi mataku, kiranya antara kau, Beng Kui, dan Kwee Sin terdapat kerja sama mengepalai para mata-mata di kota raja. Kau ternyata adalah adik seperguruan Tan Beng Kui si keparat murid si Raja Pedang. Ha-ha-ha, semua julukan yang muluk-muluk akan hancur lebur pada hari ini.”






No comments:

Post a Comment